Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan mengatakan, penyelenggaraan World Water Forum (WWF) ke 10 yang berlangsung di Bali memberikan kesan baik bagi CEO SpaceX Elon Musk. "Keberhasilan pelaksanaan dari WWF ini paling tidak Elon bilang, dia terbang 32 jam [ke Bali, red] tidak menyesal sampai di sini karena dia lihat satu perhelatan yang baik," kata Luhut dalam konferensi pers di Media Center World Water Forum ke 10 di Bali Nusa Dua Convention Center (BNDCC), Nusa Dua, Bali, Selasa (21/5/2024). Luhut juga bilang, Elon Musk banyak membicarakan soal mangrove dan air selama penyelenggaraan WWF ke 10. Elon Musk turut menjadi salah satu pembicara WWF ke 10 yang berlangsung di Nusa Dua saat berlangsung upacara pembukaan.
Di sela penyelenggaraan WWF ke 10, Elon Musk juga bertemu dengan Presiden Joko Widodo. Menurut Luhut,Elon Musk dan Jokowi bertemu satu jam lebih. Beberapa hal yang dibicarakan di antaranya seperti menawarkan proyek landasan peluncuran roket di Biak, Papua. "Dengan presiden itu bicara mengenai launchig pad di Biak karena dia akan me launch roketnya itu setahun 150 ya, dengan setiap satu hari satu roket. Presiden menawarkan untuk pakai Biak," tutur Luhut.
Menurut Luhut, Biak bisa menjadi alternatif lokasi peluncuran roket SpaceX selain di Cape Canaveral, Amerika Serikat. Mendengar tawaran dari Jokowi tersebut, Elon Musk pun mempertanyakan soal ketersediaan gas. "Dia nanya apakah di situ ada gas. Saya bilang ada Bintuni, itu bisa ditarik pipa juga. Memang itu tidak bisa segera juga, karena Cape Canaveral masih dipakai, sama dengan Austin. Tapi itu sekarang menjadi alternatif buat dia," ujar Luhut.
Pembicaraan berikutnya Jokowi dengan Elon Musk adalah soal investasi baterai lithium. Luhut bilang, Jokowi menawarkan Elon Musk untuk berinvestasi di baterai lithium atau turunan lainnya seperti anoda, katoda, dan lain sebagainya. Ia memandang tawaran tersebut bagus sekali agar tidak ada jarak antara Indonesia dan Amerika dalam konteks kendaraan listrik (electric vehicle/EV).
"Karena EV itu, Amerika akan menaikkan 11 kali sampai tahun 2030, jumlah mobil EV di Amerika. Tanpa bantuan nikelnya Indonesia, itu tidak akan pernah bisa tercapai," pungkas Luhut.